Sabtu, 19 Maret 2011

Indonesia Satellite History - Part 1



"The dinosaurs became extinct because they didn't have a space program“
Larry Niven–“N-Space”,1991


“Seandainya saja dinosaurus di masa lampau memilki program luar angkasa, maka mungkin mereka tidak akan punah. Perkataan tesebut mungkin ada benarnya jika memang para dinosaurus mengatisispasi kedatangan komet yang memusnahkan mereka kala itu namun apa daya. Tentunya Space Program saat ini tengah dikembangkan di berbagai negara termasuk pengembangan teknologi satelit guna kedaulatan, sains dan juga komunikasi termasuk di Indonesia.

Indonesia sendiri termasuk negara ketiga di dunia yang memiliki satelit untuk memenuhi keperluan komunikasi domestik. Mengacu pada Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada di masa kerajaan Majapahit pada tahun 1336 dimana ia berjanji tidak akan menikmati buah Palapa sebelum dapat menyatukan Nusantara, maka Sistem Komunikasi Satelit Domestik Indonesia dinamai SKSD Palapa oleh Presiden Soeharto guna menyatukan Nusantara. Keputusan Presiden Soeharto membeli dan meluncurkan satelit Palapa-A1 tipe HS-333 buatan Hughes (US) pada 1976 dianggap tepat karena peran satelit di Indonesia sangatlah penting mengingat Indonesia adalah negara kepulauan (+/- 17.000 pulau) yang perlu membangun berbagai infrastruktur guna mempercepat pembangunan daerah. Karakteristik satelit yang bersifat broadcast, cepat dan memilki cakupan yang luas, maka dalam mendukung pembangunan, satelit merupakan pilihan teknologi komunikasi yang penting.

Presiden Soeharto membuka Jaringan SKSD Palapa

Palapa A Program

Program satelit Palapa-A dimulai sejak Februari 1975 dengan memesan dua buah satelit sekaligus (Palapa A1,A2) beserta stasiun kontrol dan 9 stasiun bumi pada Hughes (Boeing Satellite System). Pengerjaannya pun hanya memakan waktu 17 bulan saja untuk membangun dan meluncurkan satelit pertama seri Palapa A yang merupakan pengerjaan tercepat yang pernah dilakukan oleh manajeman dan teknisi Boeing.

Antena Palapa-A didesain khusus untuk memancarkan daya yang dikonsentrasikan ke wilayah kepulauan Indonesia dan juga termasuk negara tetangga yaitu, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Ketersediaan 12 transpondernya dengan rataan kapasitas 6000 kanal voice atau 12 kanal Televisi yang simultan diatas Nusantara, enam diantaranya digunakan untuk teleponi dan satu transponder diisi program televisi nasional, sementara sisanya yang berjumlah lima digunakan sebagai cadangan.

Palapa-A1 sukses diluncurkan dan beroperasi pada 8 Juli 1976 di orbit 83E yang sepenuhnya dikelola oleh perusahaan nasional Perumtel (PT. Telkom). Berselang satu tahun kemudian yaitu pada tanggal 11 Maret 1977, Palapa-A2 diletakkan pada lokasi orbit 77E, diluncurkan dari Pusat Antariksa Kennedy di Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat, sebagai cadangan yang juga memiliki 12 transponder dan siap untuk dioperasikan apabila Palapa-A1 mengalami kegagalan, atau jika permintaan pasar tidak dapat lagi diakomodasikan oleh Palapa-A1. Kedua satelit Palapa-A tersebut sukses diluncurkan dengan wahana luncur Delta-2914 dan memilki umur yang relatif pendek. Akhirnya masa kerja kedua satelit komunikasi perdana Indonesia tersebut berakhir pada bulan Juni 1985 dan Januari 1988, dan dilanjutkan pada program satelit generasi kedua yaitu Palapa-B.

Palapa B Program

Program satelit Palapa-B adalah program satelit generasi kedua yang dibuat oleh Hughes Spaces and Communication Company untuk Indonesia, kali ini terdapat empat satelit generasi Palapa-B jenis HS-376 yang dipesan guna kesinambungan operasi SKSD Palapa-A yang berakhir masa operasinya. Palapa-B dibangun untuk memiliki 24 transponder C-Band dan wilayah cakupan yang lebih luas hingga mampu menjangkau seluruh wilayah ASEAN. Hal ini didasarkan pada perkiraan kebutuhan telekomunikasi domestik bagi keperluan Pemerintah serta kebutuhan negara-negara ASEAN yang didasarkan atas hasil Kelompok Kerja para ahli teknis dan ekonomi ASEAN pada tahun 1978.

Palapa-B1 dan B2 diluncurkan oleh pesawat ulang alik (STS) Challenger pada Juni 1983 dan Februari 1984, namun berbeda dengan kesukesan Palapa-B1 di 180E, Palapa-B2 mengalami masalah pada motor penyulut perigee sehingga harus dibawa kembali ke bumi untuk diperbaiki. Satelit Palapa-B2 berhasil diselamatkan melalui operasi khusus suatu penerbangan pesawat ulang alik dan kemudian diperbaiki dan diluncurkan kembali dengan penamaan Palapa-B2R (Refurbish) dengan wahana luncur Delta-6925-8.

Kehadiran Palapa-B2R akhirnya menggantikan posisi Palapa-B1 di 108E dan Palapa-B1 dibeli oleh PT. Pasifik Satelit Nusantara (PT.PSN) yang menjadikannya satelit komersial pertama non-Intelsat di Asia dengan mengganti namanya menjadi Palapa Pacific-1 [APS 98/99].

Pada tahun 1987, Palapa B2P dibuat dan ditempatkan pada orbit 113E melalui wahana luncur Delta 3290. Satelit tersebut dikelola oleh Perumtel dan Indosat untuk kemudian disewakan kepada pihak ke-3 baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Palapa-B2P (ex. Palapa-B3) kemudian mengakhiri masa operasinya pada Februari 1996 dan kemudian dibeli oleh operator satelit asal Filipina yaitu Mabuhay Philippines Satellite Corp (MPSC) sehingga berganti nama menjadi AGILA-1.

Seiring dengan perkembangan pasar, pada tahun 1992 PT.Telkom meluncurkan Palapa-B4 yang diletakkan di 188E untuk mengakomodokasi permintaan akan sirkuit satelit yang terus berkembang di kawasan ASEAN. Satelit Palapa-B4 diluncurkan melalui wahana luncur Delta II-7925 dari Kennedy Space Center (US).

Palapa C Program

Pada tahun 1993, pemerintah mulai melakukan deregulasi bidang usaha satelit dengan menyetujui sebuah perusahaan swasta, meskipun dimiliki sebagian oleh PT.Telkom, untuk menjadi suatu operator satelit. PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) menjadi operator satelit selain juga merupakan operator seluler sesuai dengan izin yang diberikan kepadanya oleh Pemerintah.

Satelindo mengoperasikan satelit generasi ketiga seri Palapa yaitu dengan diawali debut Palapa-C1 pada Februari 1996 bersama PT.PSN yang memiliki 6 buah transponder C-Band di satelit tersebut. Satelit Palapa C1 dan C2 adalah produk kerjasama antara Satelindo dan PT.PSN yang memesan satelit jenis HS-601 pada Hughes (US) dengan masing-masing satelit memiliki total 34 transponder (30 C-Band dan 4 Ku-Band). Palapa-C1 ditempatkan di orbit 113E dan disusul satu bulan kemudian yaitu Maret 1996 Palapa-C2 pada 112.9E.

Namun sayang, Palapa C1 ternyata mengalami gangguan pada komponen kelistrikan yang menyebabkan tidak bisa melakukan pengisian baterai. Lantas klaim asuransi segera dibayar, dan Palapa-C1 berpindah tangan ke pihak perusahaan asuransi. Pada Januari 1999 beralih kepemilkian ke Hughes Global Services dan mengoperasikannya dengan nama HGS 3. Desember 2000 HGS 3 disewa Kalitel perusahaan asal AS di 50E dengan nama Anatolia 1, dan pada Agustus 2002 disewa Pakistan di 38E menjadi Paksat 1.

Program Palapa-C Satelindo dan PSN

Bersambung..

Part 2: Palapa D, Cakrawarta, Garuda and Telkom Satellite Program

Diambil dari Asia-Pacific Satellite Yearbook 98/99 dan berbagai sumber.



Read More...

Kamis, 17 Maret 2011

Info: AMSAT Training


Tadinya saya sudah menjadwalkan untuk berkunjung ke sekretariat AMSAT-ID pada pekan ini, namun cuaca Jakarta yang tak menentu lagi banjir dimana-mana membuat saya agak sulit bergerak dari Cikarang menuju Jakarta. Yah,, mungkin belum jodoh :)

Namun malam kemarin tepatnya tanggal 16 Maret 2011 pukul 20.19 WIB saya menerima surat undangan pelatihan AMSAT melalui milist ORARI-News dengan detail sebagai berikut:

To: All amatir radio di Indonesia,

Kami mengundang rekan rekan amatir radio untuk menghadiri acara. Pelatihan pembuatan antena untuk satelit dan cara penggunaaannya
.

Read More...